Daftar Isi

Rabu, 09 November 2011

Nyonya Diah, Misteri Mayat Terpotong Tujuh



Kelak orang akan mengenangnya. Karena pada ibu-ibu PKK Rawasari Jakarta, Nyonya Diah pernah berucap: "Kalau saya meninggal nanti, mungkin akan terkenal se-Indonesia". Entahlah, apakah hal itu berupa doa, karena tiba-tiba ucapannya berubah menjadi kenyataan. Meski dengan cara yang tragis, bahkan teramat tragis.

Sebab kemudian Nyonya Diah yang sehari-hari dikenal sebagai guru TK Trisula itu ditemukan dalam keadaan mati. Tubuhnya terpotong tujuh yang ditemukan di depan kampus IKIP Rawamangun (sekarang Universitas Negeri Jakarta). Wajah korban disayat, hidungnya dipapras, jari tangannya dibuang. 

Pembunuh agaknya sadar betul bahwa sidik jari gampang diidentifikasi untuk mengetahui jati diri korban. Dugaan pelaku benar. Sebab penyidik kemudian hanya bisa memastikan bahwa korban seorang wanita berumur sekitar 45 tahun. Rambut berombak, sebagian memutih, dan bekas disemir. Kulit kuning mulus.

Dan ternyata kemudian, manusia yang dipuja-puja sebagai makhluk Tuhan yang paling mulia, karena diciptakan lengkap dengan akal dan nurani, namun ternyata bisa menjelma menjadi makhluk yang paling bengis. Adalah Agus Naser Atmadiwirja. Dia adalah Kepala SMA Muhammadiyah II Kemayoran, Jakarta. Dia adalah suami Ny Diah, wanita yang malang itu.

Tahun 1989. Pada hari yang naas itu mereka bertengkar. Nyonya Diah rupanya mencium mencium gelagat bahwa Agus beristri dua. Dengan sebatang kayu dipukulnya ke kepala Diah dua kali, hingga membuatnya roboh. Tidak hanya itu seperti kesetanan lantas ia membentur-benturkan kepala istrinya ke tembok dan lantai sampai istrinya tewas. 

Lalu di dalam rumahnya yang sunyi Agus mencincang tubuh istrinya, lalu dimasukkan ke dalam dua karung plastik bekas tempat beras. Sebuah karung diisi potongan badan korban, yang sebuah lagi diisi potongan kaki, tangan, dan serpihan-serpihan daging. Merasa bahwa kerjanya belum rapi, jari-jari korban yang bisa dijadikan petunjuk identitasnya dirusak. Wajah korban juga disayat. Kepala korban sengaja dimasukkan tersendiri ke kantung plastik hitam. 

Selanjutnya Agus menghilang dari rumahnya, Jalan Percetakan Negara, Jakarta, sebelum dia kemudian ditemukan polisi di rumah istri mudanya di Kampung Cikangkung, Cisewu. Kepada polisi Agus mengaku memutilasi istrinya karena terinspirasi oleh kasus mayat terpotong 13 yang ditemukan di Jalan Jenderal Sudirman, pada tahun 1981, yang hingga kini belum terungkap.

Maka begitulah, yang telah mati tetaplah mati. Namun setidaknya setiap kematian selalu meninggalkan pesan. Juga sebuah renungan untuk yang ditinggalkan.











sumber :http://dekade80.blogspot.com/2009/01/nyonya-diah-misteri-mayat-terpotong.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar